Rabu, 17 Desember 2008

lelaki ang tak bisa menngis

Cayoooooo............ huu....! this day will be the amazing day in my life.Secara, hari ini adaah hari pertamaku masuk SMA. Yaaaa... meskipun seelumnya di gembleng ama kakak-kakak senior , tapi ....SMA SMA BOOKKKK....SMA gitu lhoooooo, Apalagi SMA favorit, pasti bakalan ngukir sejarah d hidup gue.
Kata kakak gue yang udah dua tahun lalu lulus SMA , SMA itu adalah masa-masa terindah dalam hidup seseorang , kecuali yang nggak sekolah hee hee. Masa itu adlah masa saat kita mengenal cinta yang sesunggunya, mengenal asam manis cinta, asam manis persahabatan dan asam manis tawuran (yang terakhir tidak patut ditiru).
Oke ! kuakui emang bener apa kata kakak gue, gue mengenal asam manis persahabatan di masa ini. Manisnya, gue mengenal sikembar jeni dan yeni. Ya... walaupun gue kenal mereka di kamar mandi saat yeni sedang asyik mencet-mencet jerawat jeni yang berhamburan di wajahnya, tapi mereka sekarang adalah sahabat baik gue, beda lagi dengan rio sahabat yague yang satu ini ku temuin saat dia lagi d kerjain sama geng one dan di tangkringin di atas lemari gudang. Untung saja waktu itu gue nemuin dia. Rio memang agak culun dan penakut tapi dia juga telah menjadi sahabat baik gue.
Asamnya, saat yeni dan jeni berantem gara – gara yeni g punya jerawat dan jeni terkadang suka iri sama yeni. Yang paling asam di hidup gue, yaitu gue belum nemuin manisnya asam manis cinta.


Bicara mengenai geng one, mereka adalah geng ilegal yang sangat d segani oleh semua murid, kecuali gue. Soalnya gue udah terlanjur jengkel dengan mereka dan terlanjur berani ngelawan saat gue d kerjain Bido waktu MOS, salah satu anggota one yang sangat gemuk kayak karung beras, masak gue d suruh nyium dia. Hiii jijik mendingan gue nyium karung beras beneran. Lansung gue gampar aj pipinya.angota geng one brjumlah 5 orang dan gue akui mereka cekep-cekep dan keren-keren kecuali Bido. Dan ku akui lagi kalau bos gengnya yang bernama dira paling cakep di banding yang lainnya. Sifatnya dingin angkuh dan cuek. Anggota lainnya bak seorang pesuruh yang selalu menurut apapun perkataannya. Buktinya saat gue ngegampar Bido, dengan hanya isyarat sorotan matanya yang nggak suka sama gue, ari dan arno langsung nyamperin gue, gue lawan aja mereka.
“eh eh ngapain lo pada nyaperin gue? kalian nggak terima kalo teman kalian gue gampar?”
“oh... jadi bos kalian yang disitu yang nyuruh kalian? Suruh kesini sendiri kalau berani !” gue nunjuk dia yang lagi kesel ngelatin gue dengan mata elangnya. Gue baru sadar kalau gue jadi sorotan banyak mata. Mungkin mereka heran, kenapa anak baru seperti gue berani bicara kayak gitu pada geng one.
Keempat anggota geng one yang nurut banget sama dira itu jengkel ngelihat gue dan sesekali melihat bos mereka yang berapi-api. Dira nyamperin gue, angin terasa semakin kencang berhembus, anehnya gue bukannya takut tapi malah deg-degan saat dira nyamperin gue. Bak pangeran yang bakalan nyatain cinta k gue dengan aura ketampananya.
“He ! dengerinya ! gue Cuma mau nyatain sesuatu ke elo bahwa gue akui lo emang berani nantang kita, tapi ingat lo harus hati-hati sama kita” kata dira mmelecehkan
“Setalah mereka pergi, gue ngerasa kalau dira bukan lai pangeran yang mau nyatain cinta ke gue, gue ngerasa kalau geng one adalah setan yang bersungut merah. Gue jengkel melihat mereka dan sampai saat ini gue masih fuck dengan mereka.”
Entah apa yang jeni, yeni dan rio pikirkan. Mereka ketawa abis-abisan setelah medengar cerita gue
“ngapain kalian ketawa?” Tanya gue dengan nada heran
“ enggakk. Kita ketawa karna bayangin ekspresi bido saat loe gampar.” Jelas rio dan melanjutkan ketawa lagi.
“eh. Kalian tau nggak apa julukan dira di sekolah ini?” tanya yeni
“apaan?” gue penasaran banget, moga-moga aja julukannya anjing, srigala atau yang lain yang pnting jelek-jelek.
“lelaki yang tak bisa menangis”
“ uhuk-uhuk! “ kue keselek ludah gue sendiri setelah mendengar julukan dira dari mulut jeni. Lelaki yang tak bisa menagis? What? Tapi kenapa julukannya bukan anjing atau yang lain? Kecewa gue.
“karna dia hampir tidak pernah menangis sama sekali, kecuali waktu kecil atau bayi” kata jeni
“ bahkan saat papanya meninggal dia tidak meneteskan air mata setetesppun” yani menambahi
“ kata siapa lo?” tanya gue
“ dirakan tetangga yeni da jeni” kata rio.
Di alam hati, gue bertaya-tanya, seperti apasih sosok dira yang sesungguhnya? Apakah dia seseorang yang ku anggap sebagi setan sehingga dia nggak pernah nangis? Atau seseorang yang pernah ku anggap pangeran yang penuh misteri? Gue nggak tau , yang gue tau saat ini gue benci banget sama dia dan gengnya.



Sepulang sekolah gue nggak ngeliat si jeni dan yeni sama sekali. Kemana mereka? Biasaya kita berempat selalu berangkat dan pulang bareng. Serasa ada yang kurang tanpa mereka.
“ yo..jeni sama yeni kemana ya?
Nggak tau gue, yang gue tau tadi mereka di kelas sempat berantem?
“masalah jerawat?”
“ apalagi?”
Gue langsung tau apa yang di maksut rio kalau tidak ada masalah lagi yang bisa buat mereka berantem selain jerawat jeni.
“ yo! Gue mau nyusul mereka. Lo ikut nggak?”
“ enggak gue masih mau kedokter mata, kayaknya mata gue minusnya bertambah.”
“oke! Good lluck. Semoga minus lo nggak bertambah”


Gue mutusin kerumah yeni dan jeni sendirian membawa misi mendamaikan mereka berdua. Ke rumah si kembar sendiri memang sedikit menakutkan. Apalagi sore-sore begini. Gue harus nglewati komplek rumah yang belum di huni dan satpam di sekitar komplek sini agak malas dan lebih memilih tidur dari pada jaga. Sepi banget, hanya ada gue dan pepohonan yang bisu.
Setelah melewati belokan gue terkejut setelah melihat beberpa preman disana. Gue takut, tapi gue makin mengangkat kepala dan berjalan tanpa menghiraukan mereka. Ternyata mereka menghadang gue.
“ hei manis ! mau kemana sayang? “ kata seorang preman yang berambut gondrong dan berpakaian layaknya anak punk. Gue mencoba untuk kabur, tapi langkah gue selalu di halangi oleh mereka. Tangan gue dipegang-pegang, pipi gue juga ikut jadi sasaran mereka. Gue takut sekali, tak ada satu orangpun yang lewat. Gue nggak mau kalau kesuciangue hilang di tangan empat brandal ini. Mereka semakin brutal, sepeti kucing yang melihat ikan asin, dan sekarang gue yang jadi ikan asinnya.
“tolong..! “ aku berteriak minta tolong ketakutan.tak ada satupun yang mendengarnya, atau mungkin pura-pura nggak dengar karena takut dengan mereka yang berpenampilan seram ini.
“ he! Lepasin dia!” sesosok pangeran tampan datang tiba-tiba. Dan aku sempat shok saat melihat sosok pangeran tampan itu adalah dira. Baru pertama kali ini gue sembunyi dan berlindung di belakang punggungnya.
“lebih baik lo nggak usah ikut campur masaah ini, kalau lo nggak mau mati muda” salah satu anggota dari mereka yang tampaknya pimpinan brandal mengancam dira yang masih tegak dan gagah berani, dan brandal-brandal lain tertawa mendengar perkataan bosnya yang melecehkan kami.
Tiba-tiba ponsel dira berbunyi dan rington ponselnya yang lucu membuat brandal-brandal itu tertawa cekikikan. Dira mengangkat telpon itu yang ternyata telpon dari papanya.
“ halo! Papa? Iya pa. Papa sekarang ada di mana? O....hampir nyampek komplek. Oke dira tunggu d komplek yang masih kosong dan bawa anak buah papa yang banyak, soalnya disini ada calon penghuni sel baru di kantor papa. Oke pa terima kasih”
Para brandal itu terlihat takut dan bingung setelah mendegar percakapan dira dengan papanya.
“tenang aja fir. Papa gue sudah mau nyampek komplek ini” dira melihat ke arah gue dan meyakinkan gue.
Brandal-brandal itu kebingungan dan kabur. Sekarang gantian gue dan dira yang cekikikan.
“papa lo polisi?” tanya gue
“ fira...fira. ini nie sebenarnya bukan telepon, tapi sms dari temen gue”
Ha..! nggak nyangka di balik keangkuhan dan kecuekan dia, dia berbakat bercanda juga.sekarang giliran gue yang cekikikan.
“ dira...dira. ada-ada aja lo, tapi makasih ya..?”
“kalau nggak ada lo gue pasti udah nggak perawan” aku nggak nyangka bisa bicara seakur ini dengan dira.
Dira terdiam “ lupakan” dia beranjak pergi tapi ku tarik tangannya
“ayolah...., lo udah nelamatin gue, jadi biarin gue membalas kebaikan lo, dengan mentraktir lo makan” kali ini niat gue adalah membuktikan benar atau tidak tentang aumsi anak sekolah kalau dira adalah lelaki yang tak bisa menangis. Gue bakalan deketin dia.
“lupakan aja! Anggap tadi itu yang menolonglo bukan gue”
“ ayolah.... gue tau tempat makan yang enak dan cocok buat anak muda.”
“memang selama ini kita musuhan, tapi tolong beri kesempatan ke gue buat memperbaiki hubungan kita. Mencari seoang teman lebih sulit dari pada mencari 1ooo musuh.” Dengan usaha gue membujuk dira dengan sekuat tenaga akhirya dia mau juga gue ajak makan. Ini kesempatan langka buat gue untuk nyelidiki siapa dira sebenarnya.

Gue nggak nyangka kalau gue sekarang duduk berdampingan dengan dira di mobilnya. Serasa hari ini di penuhi lagu mesra. Gue menunjuk ke arah kafe mild yang merupakan kafe langganan gue.
“disini ..disini . stop!”
Di dalam kami duduk di kursi no 17. Setelah memesan makanan kmi mulai lebih akrab.
“ eh. Gue punya cerita lucu. Mau denger nggak?” tanya gue
“ cerita apa?”
“Tentang pak tono.
“pak tono? Emang ada apa dengan guru fisika yang kiler itu” bido telihat penasaran
“ kemarin siang, lo lihat pak tono nutupin pantatnya sambil lari kecil nggak?”
“oh.. yang itu, iya gue lihat. Emang kenapa” dira mulai lebih ngerespon sama gue
“asal lo tau, kalau sebenarnya celana guru kiler itu bolong gara-gra di bangkunya gue tempelin lem perekat”
Kami tertawa cekikikan, dan hubungan kami saat ini bleh di bilang 100% berubah menjadi teman. Tak lama kemudian pesanan kami datang dan kami mendapat hidangan yang menggiurkan di tambah sapa manis pelayannya
“ wah.... senengnya... kalian memang paangan yang cocok” kata pelayan cantik berambut panjang terepang itu.
Kami bengong sebentar dan setelah pelayan itu pergi kami kembali tertawa cekikikan. Tak lama kemudian saling memandang dan salah tingkah, sampai akhirnya gue persilahkan dia untuk makan.
Tak terasa hari semakin malam. Kami makan malam di kafe kesayangangue dengan penuh canda. Saling colek-colekan makanan ke pipi dan saling mengusapnya. Pokoknya rencana gue udah ada tanda-tanda akan keberhasilan.
Gue benar-benar nggak bisa tidur malam ini. Gue selalu teringat pembicaraan gue dengan dira tadi.
“ dir kenapa anak-anak di sekolahan memberi julukan leleki yang tak bisa menanis ke elo? Yang gue tau, sekut apapun lelaki itu pasti pernah menangis.”
Ekspresi dira seketika berubah, tidak lagi lahap memasukkan makanan ke mulutnya.
“ papa gue mati, adik, kakak, om dan tante gue mati akibat kecelakaan 5 ahun yang lalu, kata mama gue mereka ingin pergi menyiepkan kejutan untuk pesta ulang tahunku di fila keluarga, tapi naasnya gue terkejut dengan kematiannya. Kini mama gue bekerja sendiri,dan menghidupi gue dengan usaha rstoran kecilnya. Tapi gue nggak akan nangis walau gue udah kehilangan orang yang gue cintai dan sekarang gue melihat mama gue kerja mati-matin menghidupi gue. Nangis hany akan jadi beban buat kehidupan gue, mendingan gue bebas berekspresi.”
Dira berbicara tanpa raut muka kesedihan sedikitpun. Gue salut ternyata dira yang di takuti di sekolahan adalah seseorang yang brjuang agar dirinya dan ibunya tidak menangis.
“trus kenapa loe bikin geng one yang sering bua onar di sekolahan?”
“biar gue nggk nangis.”
Tapi gue masih penasaran, dan pengen lihat dia nangis, karna gue pikir dengan dia berusaa membuat dirinya tdak menangis tapi orang lain yang ternyata di buatnya menangis. Itu ku anggap salah. Saperti rio misalnya, dia pernah di paksa membaca tanpa kacaatanya sehingga minisnya bertambah. Jelas saja rio merasa tersiksa.
Akir dari pembicaraan tadi dira berkata” gue nggak akan ganggu lo dan anak-anak di sekolahan karna kayaknya sekarang gu sudah nemuin suatu hal yang akan selalu bikin gue tersenyum”
“apa?”
Pertanyaan gue belum terjawab sampai sekarang, dan itu yang selalu membuat gue penasaran.


Esok harinya, saat jm istirahat dira mengumpulka anak-anak di sekolahan dan berteriak “gue akan menghentikan geng one dan nggak bakalan ganggu kalian lagi.”
Semuanya berteriak senag, karena yang membuat kerecohan selama ini boleh di bilang suda bertaubat. Dengan nada lirih dra melanjutkan perkataannya “ gue minta maaf kepada kalian semua” huuuu semuanya bersorak gembira. Begitu juga gue, apalagi melihat saahabat gue yeni dan jeni akur lagi. Karena tadi malam saat gue nggak bia tidur gue terigat masalah yeni dan jeni. Dan gue langsung kerumah mereka dngan membawa misi perdamaian. Dan tadi malam mareka suda gue ceritain tentanng rencana gue.
Saat itu yang terlihat tidak senang dengan sadarnya dira yaitu bido ari dan arno. Merekatampknya tidk setuju akan keputuuusan dira yang akan berbuat baik. Mungkin meeka sudah teranjur menjaga gengsi di geng one dang gengsi itu akan di pandang remeh oleh yang lain karna geng one udah nggak ada.

Setelah dira menyatakan permintaan maaf ke semuanya, dia mnghampiri aku dan berterima kasih padaku. Yang paling gue suka dia minta maaf pda jeni, yeni dan rio srta menyalami mereka. Alhasil setelah dira pergi bido,ari dan arno nyamperin gue.
“ he! Jangan bangga lo bisa ngerebut hati bos kami. Lihat aja nanti bos kami akan kembali kayak dulu lagi.” Kata arno
“ ingat itu!” kata ari dangan nada mangancam. Gue muak sekali lihat muka mereka bertiga, apalagi bido, mskipun dia nnggak berkata apapun tapi ekspresiny benar-menar sombong dan melecehkanku. Tapi ternyata usaha mereka ngebujuk dira untuk kembali ngerjain anak-anak sia-sia. Dan mereksa tak terpaksa telah berbuet baik.



gue dan dira sekarang b udah menjadi sepasang kekasih, sejak dira menyatakan cintanya di depan mamanya saat aku belaja masak kepada mamanya. Ke mall bareng, jalan-jalan bareng dan dia menunjukkan tempat favorinya. Yaitu taman komplek yang belum berpenghuni. Sepi, tenang apalagi kalau malam, di penuhi bintang, sangat mambantu mananangkan pikiran. Yang buat g mkin senang adalah saat gue di kenalkan ke mamanya dan gue belajar masak di restoran barng mamanya. Alhasil gue begitu dekat dengan mamanya, tante mira.

Mengingat itu gue sadar kalau dira bener- bener telah berubah. Da nia gue untuk membuetnya menangis sudah hilang. Gue ingin selalu dia tertawa karna gue sangat mencintainya. Tapi, sahabt gue. Yeni, jeni da rio masih menginginkan encana itu berlanjut, karna mereka tetap ingin balas dendam. Gue selalu mencoba menyadarkan mereka, kalau dira sudah berubah. Tapi hasilnya nihil.
Pagi ini gue bertengkar dengan sahabat gue.
“ klo elo masih mau sahabatan sama kita lo harus ngelanjutin rancana elo, membuat dira menangis” ancam yeni
“ lo harus membalaskan dendam mata minus gue kata rio
“ lo harus mtusin dia” kata jeni
Tenyata setelah gue menoleh kesamping, dira menatap gue. Dira tau semuanya dan hati gue semakin hancur saat melihat air matanya meleleh. Dia menangis.
“ gue nggak nyangka lo bener bener telah membuat gue menangis.terimakasih”
Dia pergi. Panggilanku tak di hiraukannya. Gue sedih dan gue menangis.
“ puas kalian semua?” bentak gue ke sahabat gue.

Gue kejar dira. Tetai larinya tak dapat ku llihat lagi. Aku sadar aku tak mungkuin lagi bisa mangejarnya. Aku mnemui mamanya di restoran, tapi dira belum pulang, ku cari di taman tapi dia tida ada. Kemana dia?
Kemana?
Gue teringat perkataan dira saat pertama kali makan denganku.
“ gue nggak bakalan nangis meskipun gue kehilangan orang yang gue sayangi”
Pikiran gue waktu itu adalah mama dira. Gue harus temuin dia lagi
“ tante....... dimana tempat papa, kaak, adik ,om dan tantenya dira dikuburkan ?
Setelah aku tau tmpat orang-orang yang dira sayangi beristirahat untuk selamanya aku langsung mncari tempat itu. Kudapati dira menangis memeluk batu nisan yang merupakan batu nisan papanya. Hujan mulai turun dan semakin lama semkin deras. Ku pegang pundaknya. Di sedang menangis.
“ dira.......!”
“ apa?” aku tersentak kaget setelahh mendengar bentakan dari mulutnya.
“ lo belum pua nyakitin gue? Lo belum puas llihat gue menangis? Gue menangis.... gue menangis....”
Hujan mngapa semakin deras? Seperti menambah tangisan dira dengan guyuran airnya.

“ gue cinta loooo, maafin gue... gue cinta loooo gue ci...nta lo.......... gue salah maafin gue”
Tngisan kami bertambah deras. Dira tak berkata apapun lagi.
“ kalau memang lo nggak mau maafin gue, itu terserah lo yang penting gue sangat mencintai lo.....” kata gue. Sambil beranjak pergi gue embali berkata “ kalau lo masih marah ke gue lo boleh bunuh gue, asalkan lo janga menangis!”
Saat gue beranjak pergi dira menyambar tanganku tan memelukku.
“ gue nggak akan ngebunuh orang yang gue cintai, karna gue nggk mau kehilangan orang yang gue cintai lagi. Orang yang bisa bikin gue tersenyum itu elo dan orang yang bisa buat gue nangis juga elo, jadi gue ngga akan nyaia-nyiain orang yang telah memberiku asam manis khidupan. Gue cinta elo.”


Setelah kejadian itu gue dan dira bersama lagi. Keesokan hrinya saat kami lagi makan di kantin yeni, jni dan rio nyamperin kami. Ada yang berbeda. Ri kini memakai kontak len dan dia nggak tampak culun lagi jeni tk lagi berjerawat karn telah di atasi dokter spesialis kulit yang hebat. Kin dia tampak cantik. Kukira mereka au memamerkan perubahan mereka ke aku da n dira, tapi ternyta merka minta maaf dan mereka tetap shabat terbaikgue.
Tak lama kemudian bodo, ari dan arno datang.
“ ternyata berbuat baik itu menyeangkan bro” kata arno
“ cewek-cewek lebih suka kalau kita berbut baik” tambah ari
“ kta mau berbuat baik terus” ternyata wjh bido yang menyealkan kini menjadi begitu lucu dan imut-imut.

Kini gue sudah merasakan aam manis cinta dan berakhir dengan manisnya cinta da persahaatann.

Happy ending

Tidak ada komentar: